Sabtu, 14 November 2009

dua langit dikelingking senja ( part I)...


  • Hari ini, entah apa lagi yang menimpaku. Segala gelisah mengelilingi permukaan hati yang masih berselimut kabut tebal yang beraura hitam. Kemarahanku tak terbendung lagi. Bahkan jejak - jejak angkasa yang meninggalkan bongkahan es yang sekiranya dapat mendinginkan permukaan hatiku, sama sekali tak berfungsi sedikitpun. Yang ada justru , bongkahan tersebut melebur begitu saja saat menyentuh permukaan hatiku. Lagi2 aku harus melihat sosok yang begitu mengganggu langit duniaku. Dia yang selalu mengirim awan hitam pembawa hujan , namun bukan untuk mengobati gersangnya hati dan pemikiran , malah membanjiri kebun hati yang sedang merindang bersama semilir lembut yang senantiasa menemani lalunya sang waktu. Begitu menyebalkan.
  • kutapakkan kakiku melewati rimbunnya rerumputan jalanan yang memang sama sekali tak pernah tersapa pisau2 elegan sang pemangkas rumput. Maklum, bukan jalan umum ataupun kawasan elit, jalan yang kulalui hanyalah jalan pintas yang biasa digunakan pelajar sekelasku (yang hidupnya pas2an, tanpa kendaraan pribadi, dan meminimalisir pemakaian angkutan umum untuk hal2 yang tidak bersifat darurat) . Langit duniapun hari ini terlalu murah senyum, hingga mengulitiku dan menipiskan tulang belulang yang memang tak terlalu kokoh. Terik yang dibingkiskannya, begitu lembut mengalirkan pernak- pernik peluh yang menghiasi wajah dan melembabkan pakaian hangat yang baru saja selesai disetrika. Simfoni dan ritme langganan yang harus bisa diterima dengan keikhlasan hati, jika memang ingin bertahan dikota penuh peluh dan semangat ini.
  • Jarum jam tanganku mengarah kesudut siku2, dan itu berarti sudah jam 9 pagi dan juga menawarkan makna hidup bahwa aku terlambat… oh no… it’s not me….. pardon…. Debu2 menyambut ramah ketergesaanku, bahkan sampai menghiasi kunci kamarku yang kubiarkan saja tergantung digagang pintu karena lupa kutarik-beruntung tak ada maling yang sedang jalan2 pagi, kalau tidak yah..selamat tinggal lah..-berulang kali aku bersin2, setiap kali ada angkot yang lewat dengan laju yang lumayan bisa mendorong seseorang kebelakang jika terpaksa berada diposisi yang kurang beruntung, yaitu posisi pejalan kaki setia sepertiku ini.. dan rutekupun berlanjut, meski tetap ditampar angin berdebu dan dikuliti mentah2 oleh jilatan matahari yang sudah begitu kinclongnya. Masih tersisa bekas dhuha dihatiku, dan sepenggal al-ma’surat serta lantunan Ar-rahman disepanjang langkahku yang masih membuatku tetap tegar melalui pasir2 kehidupan ini.
  • Setengah jam kurang , kutopang badanku dengan kedua kaki yang tak terlalu kuat, bahkan hari ini terasa begitu pegal, Karena sudah lama aku tak melalui rute sejauh ini dengan hanya bertumpu pada kedua kakiku. Kebiasaan sehat yang sudah terlalu lama kutinggalkan . Sampailah aku digedung elit yang terlihat sangat kokoh dengan pilar2 menawan berwarna hijau (alasan ku, menerima tawaran kerja), dengan kaca2 berkilau yang menimbulkan kesan terlalu mewah. Masih kuingat jelas bagaimana tawaran ini datang, ketika seorang teman dari teman baikku menawarkanku pekerjaan ini, yang kukira tidak akan menyusahkanku. Namun ternyata, sungguh diluar dugaan, shift yang sangat terkendali. Kulewati pintu utama yang diluarnya dihiasi tanaman2 cantik nan asri yang mampu menyejukkan mata yang kelelahan setiap selesai bertugas. Begitu masuk kedalam gedung, ku dihadapkan dengan sisir tangga yang menjulang hingga kelantai tiga yang sama sekali tidak sedikitpun menunjukkan kesederhanaan, namun melenggak sombong seolah keutamaan akan kemewahan adalah segalanya. Padahal gedung ini adalah gedung yang lazim digunakan masyarakat umum, yang seharusnya-menurutku- tidak terkesan angkuh seperti ini.
  • Pendingin ruangan senantiasa menyapa lembut setiap insan yang menapakkan kaki nya digedung tiga lantai yang memiliki 5 ruangan utama, perpustakaan dilantai 3(ruangan paling besar), warnet dan rental VCD (lantai 2), mushala dan kantin yang bersebelahan lokasinya dilantai 1. Sangat kontras kantin dan mushala!!. Dan terakhir baru kuketahui alasan mengapa dua ruangan ini disketsa bersebelahan, agar tidak ada alasan bagi pengunjung untuk bersender dikantin terlalu lama jika waku shalat tiba. Luar biasa, kereligiusan yang tetap dijaga!!!
  • Akupun menaiki sisir tangga satu persatu dan entah mengapa setiap kali menginjakkan kakiku disetiap anakannya aku merasakan kemegahan gedung ini yang tak henti2nya dari hari kehari semakin bertambah , pegangan tangga yang makin mewah bahkan karpet tangga yang hampir setiap sebulan sekali diganti warnanya. Aku kembali melihat dia, dan benar2 suatu tusukan yang menghujam sendi2ku. Dia duduk dengan santainya sambil melihat VCD dan berbicara ringan dengan pengurus gedung ini dan juga tatapan yang entah bagaimana bisa kuartikan, entahlah..
  • Akupun berjalan gontai, tanpa perlu berpikir panjang untuk menoleh kearahnya. Anggap saja makhluk itu tidak sedang berada beberapa meter didekatku. ‘hai, kamu…’ teriaknya saat aku mempercepat laju ku.. Ya Rabb.. apalagi… aku sudah menutup semua masa laluku rapat2, jangan sampai sosok ini kembali mengusik ketenangan jiwaku. Kuputar badanku dengan malas kearahnya. ‘ya, kenapa? Ada yg bisa dibantu?” tanyaku sambil beringsut pelan menjauhinya, aku tak tahan dengan aroma parfum mahal yang dipakainya. Mau muntah rasanya. Bukan karena aromanya, tapi karena semua tingkah polahnya muncul begitu saja dalam memoriku ‘kamu, inakan?” Tanya nya dengan tampang seperti anak2 yang melihat hantu dihadapannya. Antara takut, heran, dan segenap perasaan serta pertanyaan lainnya yang terpampang jelas diwajahnya.
  • Dan dengan tegas tanpa melunakkan suaraku sedikitpun “ iya, saya MAGHRIBNA AR-RAYAN. Ada masalah? Kenapa tampang anda seperti orang…” belum sempat kuselesaikan kalimatku, hpku berbunyi. Bos….oh…no.. kupercepat langkahku…’maaf, saya harus shift jaga…kalo ada yang ingin dibicarakan, saya ada diwarnet depan rental ini setiap hari, kecuali hari minggu. Assalamu’alaikum”… aku berlari kecil, dari balik kaca jendela warnet jelas kulihat bos ku mondar- mandir menunggu kedatanganku.tak kupedulikan lagi wajah laki2 didepanku yang berhias manik2 pertanyaan. ‘Maaf pak, saya terl…”belum selesai kunyatakan alasanku “ga papa.. kerjakan saja tugasmu, saya juga buru2… permisi…. . assalamu’alaikum”. Iya wa’alaikumsalam…
  • ‘what???? Siapa yang jaga semalam, kok berantakan gini ya meja operatornya?” dengan kristal2 keringat yang perlahan turun, kucoba merangkak pelan, sedikit malas rasanya harus membereskan sisa2 makanan yang ada diatas meja OP. Benar2 tidak bertanggung jawab!!! Aku bukan digaji untuk ini,!!!! astaghfirullah….. tiba2 terlintas ucapan seorang sahabat baikku, “kerja itu harus dibarengi keikhlasan,,,karena itu yang dilihat Allah, bukan hanya sebuah hasil maksimal yang ingin dipertontonkan untuk manusia..bukan masalah gaji, atau apapun istilahnya.. yang penting jangan menjadikan orang lain korban dari apa yang kita lakukan. Belum tentu orang lain ridha dengan yang kita lakukan, yang penting kita minta ma Allah agar diberikan keikhlasan setiap melakukan apapun”.Beberapa pelanggan sudah hanyut dalam dunia maya tanpa tergubris kesibukanku yang lumayan menimbulkan suara gaduh, denting gelas dan piring yang tak sengaja terbentur meja. syukurlah dengan fasilitas yang ada, AC, sofa empuk disetiap kabin, plus headset mereka sama sekali tidak akan merasa terganggu dengan kegiatanku. Shift jagaku full hingga sore menjelang, khusus untuk hari ini.
  • Lepas ashar, dari balik kaca pintu samar kulihat seseorang berjalan tergesa, ‘ah, paling2 pelanggan.’ Krek, suara pintu terbuka, pandanganku masih kearah computer didepanku yang tiba2 error. Kuangkat wajahku perlahan, …. Deg, jantungku berdegup cepat… Ya Rabb dia lagi.. tanpa salam , tanpa basa – basi dia menyerahkan sebuah map berwarna coklat tua. Dan dengan wajah piasnya, ‘ini hak kamu, maaf kalau selama ini kami, keluarga besar armana telah menelantarkan kalian.” Dengan enggan kuambil map yang ditawarkannya dan kulemparkan diatas meja dengan kesal yang begitu berkecamuk,sabar2 “ apa ini?” tanyaku dengan dingin, “hak kalian, saya permisi.”
  • hak??apa maksudnya?? . kuambil kembali map tadi,dan kubuka dengan tergesa, surat tanah, surat rumah, saham perusahaan , cek senilai miliyaran rupiah, dan sepucuk surat maaf yang ditandatangani oleh seluruh keluarga besar armana, serta beberapa helai kertas lainnya yang tak sempat kubaca isinya. Brak, kutolak pintu dengan keras dan aku berlari mengejar dia, tak kupedulikan beberapa pelanggan yang masih berjejer didepan meja OP., PENGHINAAN,, PENGHINAAN TERBESAR yang kuterima dalam hidupku. kuturuni tangga dengan terengah2,, dan aku berpapasan dengan rekan kerjaku ayu,” yu,,aku titip jaga ya…”. ‘eh..mau kemana?” ‘ada perlu”… “lho, tapi kamukan ga ada jadwal kuliah hari ini?” tak kupedulikan tatapan herannya, bahkan beberapa kali aku menabrak orang2 yang lalu lalang didalam gedung.
  • Aku sampai diarena parkir, tiba- tiba langit mendung , angin menusuk sendi, dan Guntur dilangit bertasbih berjamaah… dua meter didepanku, disela2 parkiran sepeda motor, kulihat dia memasuki jaguarnya, dan bergerak keutara, berlawanan dengan arahku berdiri. Kukejar dia, dengan sedikit meringis karena luka dikakiku , terjatuh didepan tangga saat mengejar dia. Kuhadang dia tepat 1 meter sebelum mobil mewahnya nyaris menabrakku. Cittttttttttttttt….. suara ban mobilnya yang mendadak berhenti seolah lantunan kegelapan bagiku, kenapa aku tidak langsung ditabrak mati saja. Sudah terlalu kelam hidupku dibuatnya, rasanya kurang sempurna jika dia tak menghabisi nyawaku sekalian. Kulempari mobilnya dengan berkas yang diserahkannya padaku.., pintu mobilnya terbuka, sopirnya keluar dan begitu pula dia, langsung menghampiriku yang memang sedang terbakar emosi.. kutampar dia berkali- kali dengan air mata yang kupaksa agar tidak keluar. Aku tak ingin terlihat rapuh dihadapan sosok yang tak pernah ingin kulihat lagi. Berkas2 tadi berceceran diterpa angin, dan gunturpun kian bersahut2an dilangit seolah mengompori kemarahanku agar tidak turun satu sentipun. Lagi2 dengan tatapan heran orang2 yang lalu lalang. Ah… terserah , kalaupun mereka menganggapku wanita gila..aku tak akan peduli.
  • ‘Tuan armana yang terhormat, …” ku atur nafasku dan mencoba bersikap setegar mungkin, kuambil berkas2 yang berceceran, lalu kugenggam sekuat mungkin. ‘ apa anda kira semua berkas ini dan permintaan maaf anda bisa mengembalikan semua kebahagiaan saya yang telah anda rampas dengan skenario anda?. tanpa jeda dan secepat kereta api..”bertahun2 saya hidup sendiri berpondasikan pilu dan air mata yang baru saja mengering disini. Tapi..tapi sekarang anda datang tanpa salam,tanpa pernah menghitung berapa liter air mata yang sudah terkuras dari pelupuk mata saya dan adik saya…. Dan seenaknya menyerahkan berkas2 yang tak ada artinya bagi kami.. apa anda kira kebahagiaan bisa dibeli dengan materi yang melangit????” ….sunyi….hanya desir angin yang menyapa daun2 kering dan tatapan mematung orang2 disekeliling termasuk bosku dan ayu. ‘Apa anda kira ini yang kami butuhkan sekarang? Hah??.... tatapanku makin tajam, ‘uhuk, uhuk, “ tubuh tuanya yang tak lagi bugar terlihat begitu kuyu.. ‘‘ ina..” suaranya terdengar begitu parau, sekilas kulihat embun dimatanya.
  • “Apa lagi ???? alasan dan kebohongan apa lagi yang akan anda tawarkan?? Saya bukan balita yang bisa dibohongi, dengan alasan ayah dan ibu mu meninggal karena kecelakaan dan jatuh dijurang selawah. Itu lagi yang akan anda katakan tuan armana yang terhormat, ??? . hanya karena pak rayyan tidak mau menandatangani kontrak kerjasama illegal yang justru akan merugikan tidak hanya bangsa, tapi juga agama, anda dengan skenario manis bersama anak2 anda yang lain , dengan tanpa perasaan malah membunuh orang yang sudah begitu bersusah payah membangun perusahaan anda??? Orang yang bahkan benar2 berpeluh ria menopang perusahaan anda ditengah krisis yang melanda negri ini.
  • “Puas sudah membunuh ayah , ibu dan kakak laki2 ku?? Puas?? Atau masih kurang, makanya anda datang kemari dengan scenario anda menawarkan harta kekayaan anda yang bagiku seperti sampah ini, lalu kemudian juga membunuhku atau menfitnahku sama seperti yang dulu anda lakukan??”
  • Prak, kucampakkan kertas2 tadi kemukanya, sampai kacamata yang dipakainya mencium bumi dan pecah berkeping2.. puas rasanya, biar saja orang yang tak tau diri ini merasakan bagaimana sakitnya dihina, dipermalukan, bahkan rasanya ingin juga kubunuh sekalian. Gerimis perlahan turun, dia kembali memasuki mobil mewahnya, melaju cepat dan membiarkan berkas2 berharganya tercecer dan lecek ditanah yang terbasahi tangisan langit


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar