Rabu, 18 November 2009

beranda hidup ; sopir langka


Memori 15 november,
*****
Pagi ini, kulalui dengan selimut risau, begitu banyak agenda yang harus selesai kujilid rapi. Bak seorang wanita karier yang harus berlari bersama waktu, mengejar deadline proposal bisnis, meeting dan urusan klasik lainnya, aku juga harus berlari bersama sang wakttu. But, aku bukanlah wanita karir. Hanya saja hari ini aku harus lebih gesit bergerak, meminjam kecepatan cheetah agar semua urusanku bisa selesai tepat waktu, karena ada planning “super” diujung lintasanku hari ini (baca: pulkam)

****
Setelah subuh selesai kurenda, setitik penyesalan melintasi ruang hatiku, permukaan planningku ternyata sedikit bergelombang, banyak aspal yang tak rata menyelimuti, hanya karena bergadang yang berefek tidak sempat menyapa sajadah sebelum subuh mengetuk pintu, yang artinya sama dengan packing2 mengalami pergeseran di kulit planning. Yah jelas saja harus terjadi gempa local berkekuatan beberapa skal ritcher yang berefek pada gerakku menyelamatkan diri (baca: ngebut kerjaan), cek list barang bawaan, update antivirus yang kian menggila, de el..el..

****
Jam 8.30 , urusan internal ku selesai, dan saatnya beranjak sejenak keluar sana, menghitung kerikil jalan, sembari mengurus masalah keuangan -----keAtm terdekat, eits.. weit.. tujuan utama saia kesana bukanlah untuk membobol atm tersebut, karena aku sadar tak sedikitpun memiliki bakat teroris meskipun mengecap pendidikan diteknik kimia. Selepas mengguncang mesin ATM, sampai harus rela mengeluarkan beberapa rupiah untuk menghiasi dompet hitam ku, langkahku benar2 kupercepat, ada dua tanjakan lagi yang harus kutempuh. Tanjakan pertama, update antivirus, efek gempa local yang meruntuhkan pondasi kesabaranku menunggu modem yang tiba2 menjadi sangat lambat untuk ritual ini,padahal sudah sangat kepepet. Tanjakan kedua gedung teknik kimia yang tak seberapa besar it, 3 lantai dengan beberapa lab raksasa.
****
Setibanya diwarnet langgananku, dengan bermodalkan voucher satu jam, aku duduk kembali disinggasanaku yang lama tak kusinggahi, karena sudah memiliki singgasana baru untuk menjelajah dunia web dikosan ku yang tak seberapa itu, kosan tak seberapa murah-red. Jam 9 wib, antivirusku selesai diberi makan, dan secepat mungkin kulangkahkan kaki menuju kampus, namun apalah daya, energiku terkuras habis ,diperas layaknya santan dikelapa yang hendak dibuat sayur, nyaris tak bersisa, kakiku sudah tak sanggup lagi melangkah menuju gerbang kampus, jam tanganku pun hampir mendekati arah angka 6, ‘nanti dijemput jam setengah sepuluh dek” terlintas ucapan pihak loket L-300 langgananku.

*****
Urat2 sarafku saling bertabrakan, mencoba mendesain keputusan secepat lintasan roket, dan hasil akhir yg terhitung adalah “batal kekampus,dan menyerahkan segala lembaran2 yang harus disematkan tanda tangan orang2 penting kepada rekan penelitianku”

***
Klise berikutnya adalah menunggu : hal yang sangat membosankan apalagi untuk sosok yg mengalami kephobiaan tingkat tinggi dalam urusan menunggu.
Berselang setengah jam sang jaguar istimewa pun datang, L-300 langganan… setelah mengucapkan salam perpisahan sama personel meureubo hardvard yang masih tersisa, melintaslah aku sejenak mengelilingi aspal banda aceh dan berhenti sejenak dijl. cut mutia, markas l-300 ini yg berseblhan dengan terminal labi- labi sebelum benar2 meninggalkan banda aceh.
****
Beragam potret kehidupan kurekam baik2 dengan mataku ini, puluhan becak berjejer, para penjual sayur, labi2 saling merayap menanti penumpang diiringi irama klakson yang memekakkan telinga juga ditambah sajian istimewa teriakan penjual sayur yang menjajakan dagangannya tepat dipinggir jalan. Begitu kontras dengan panorama disimpang Surabaya sekitar 20 menit dari jln cut meutia, tepatnya disebuah warung kopi raksasa yang berhias parkiran mobil2 mewah. Sayangnya tak ada camera digital ditanganku untuk mengabadikan potret2 kehidupan ini, ( bermimpi sejenak bisa menyelami dunia fotografi…dunia kedua setelah menulis yang ingin kugenggam erat2)

*****
Perjalanan dari markas dilanjutkan dengan mengambil rute melewati pendopo gubernur -berpagarkan tiang2 bertulisan asmaul husna -yang sedang dipugar, mengambil jalan putar sampai akhirnya mlewati sebuah asuransi jiwa yang dulunya sebelum kerja praktek pernah kusinggahi bersama teman2 untuk mengurus asuransi kerja praktek, dari luar tetap seperti dulu. Gambaran kosong yang seolah berbicara tidak ada penghuni disini.
*******
Kurasa perjalanan kali ini benar2 akan menyenangkan.
Dengan sopir yang tidak kutau namanya siapa, namu dimataku memiliki keistimewaan tersendiri. Memiliki karakter yang sungguh berbeda dengan komunitas sopir biasanya.
Fenomena yang lazim terjadi dikalangan sopir angkutan umum adalah kebut2an, maki2an, de el.el Yang kadang kala hampir memecahkan gendang telinga dengan loudspeaker lagu2 nyelenehnya, dan suka membinasakan diri sendiri dan penumpang dengan laju lintasan yang cocok untuk melepaskan jantung dari tempat bernaungnya.

Jalan raya acapkali kudengar disinggung – singgung sebagai arena kematian, bagaimana tidak,, kondisi yang tidak selalu stabil, padat, sedikit sekali yang benar2 mau taat dengan rambu2 yang ada, dengan kesembronoan seseorang saja dalam mengemudi bisa menggeleparkan puluhan nyawa dalm sekali injakan gas. Belum lagi iringan music pengantar bayangan kematian yang kerap diputar tidaklah sedikitpun didalamnya tersebut nama Dia, Sang Penggenggam Hidup. Sama halnya dengan lisan yang begitu mudah menguraikan mutiara makian , jika ada sesuatu dijalan yang kurang berkenan dihati sipengemudi.. yang nyaliplah, yang juga kebut2anlah, belum lagi ditambah kebiasaan ga shalatnya… fenomena yang sangat2 lazim sepertinya.

****
Aku merasa langit hari ini benar2 tersenyum atas keberuntunganku,karena sopir yang ada didepanku ini bukanlah sosok2 mayoritas diatas..
Seorang bapak yang benar2 memiliki keistimewaan, mobil berhias dvd player ini tak sedetikpun terhiasi nyanyian2 tak beres yang mampu memekakkan telinga, tak ada sebatang pun punting rokok yang dilemparkan pak supir keluar jendela, tak ada satupun makian yang memporak – porandakan ketenangan penumpang, juga ritual shalatnya yang benar2 tak lekang dari sisi kehidupannya..
Beberapa kali aku beruntung, menemukan beliau dikursi paling depan sebagai supir, tak ada yg perlu kukhawatirkan untuk urusan tempat berhenti jika bersama sosok ini, pasti beliau berhenti drumah makan yang ada tempat shalatnya.. dan selalu saja saat kakinya menginjak pasir2 didepan rumah makan, langkah pertamanya adalah menuju ketempat shalat, melepaskan penatnya dan beristirahat dalam shalatnya..

Pernah, beberapakali aku mendengar percakapan nya dengan keluarganya, istrinya ataupun anak nya melalui hp, dan kulihat jelas kerinduannya terhadap keluarganya, sifat penyayangnya terpenakan begitu saja saat bayangan keluarganya hadir dipelupuk matanya..
The last…Sampailah aku dikota kelahiranku, kerlap kerlip lampu menyambut kedatanganku, dan akupun turun dari l-300 dengan perasaan sngat nyaman,oleh2 lokasi shalat yang benar2 nyaman
Sopir langka dizaman edan ini…
Semoga saja bisa kutemukan lagi sopir2 spektakuler seperti ini dilain waktu,
Yang mampu memahami tujuan hidupnya dengan baik, ritual yang tak terlupakan hanya karena sebilah pekerjaan, dan mampu juga menjalin komunikasi yang manis dengan keluarganya sesibuk apapun rutinitas hariannya….

Salam
Dikota langsa yang denyutnya mulai bangkit, dikala subuh yang pecah oleh bait2 suci





Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar