Kamis, 11 Februari 2010

kolektor rasa, untuk senja (part sekian)


panas merajai debu - debu yang setia tampar setiap lelah yang juga terkuras, juga resah yang kian pasrah lahir dari bait kisah.


Tak cukup air mata beberapa yang tertindas lahir dihitungan purnama lalu, dan aku masih setia menunggu hadir senja, ya, aku tunggu hingga lelah tangisku ini, pun aku hanya tersisa puing.


aku tak tahu apa yang merajai beberapa yang mendadak padam kobarannya, kobaran kebaikan, hingga yang tersapa hanyalah ego yang tak tepat letaknya. dan aku juga sering katakan dalam diamku, bahwa aku tak suka pengganggu dan juga tak suka mengganggu. aku memilih sendiri bukan karean aku spesial ataupun merasa pemimpin, tidak , sungguh tak hendak nyalakan kepatahan dalam sisa semangat yang ternyala paksa.


senja, kukabarkan semua duka dan bahagia hari ini. aku rela difitnah seperti ini, bukan karena tak daya, hanya tak ingin sulut api apapun , tak ingin ada hati yang gosong hanya karena polahku. ya, aku telah salah memilih beberapa relasi, dan tak kusangka sekilat ini semua tersibak, terbaca berderet antara kepala yang satu dan lainnya hanya dalam hitungan hari. padahal membangun pondasi yang kuat butuh lebih dari hitungan hari. lihatlah bodohnya aku? kawanmu tertipu!!

kurasa lebih bijak jika kututupi sakit ini sejenak dengan kabar gembira dari anak - anak leting. kita raup bangga hari ini, ya, senja, sang cumlaude hadir setelah sekian lama tak terkabarpun adanya sosok yang hasilkan nilai mengagumkan, mengundang sabit senyum, dan juga kagum tak terhitung kapasitasnya..ya, kita dielu - elukan, dan alunan merdu pencambuk, sadarkan lelap.

kami terjaga lagi senja. terjaga dan tak ingin padam hanya karena celoteh tuan- tuan tengkulak diluar sana.

senja, lama tak kusapa ilalang diluar sana, aku terlalu sibuk menatap tangki - tangki raksasa, mengobrak - abrik heat exchanger, yang selalu urung kudefinisikan sempurna karena acapkali kusaksikan beberapa celah salah, dan akhirnya aku hanya menghiasi jemariku dengan inai - inai yang sama saban harinya.

senja, aku bingung mendraftkan surat ini, ah kuurungkan saja, kau tau akukan??siblak-blakan yang terlalu polos percaya pada sosok lain, padahal kau sudah kilaskan bagaimana dunia ini penuh dengan penipu, dan akupun tertipu dalam sederet panjang luka. ya, kutulis saja apa yang muncul dari sisa ingatanku, dari apa yang terekam dalam ruang terakhirku.aku ingin pergi senja, ingin lapangkan fikiran ini, ingin singgah dipondok yang kurindukan,

sebuah pesantren dipegunungan sejuk berhias hijau pematang, berikut pula tetesan air yag satu satu pojokkan batuan keras, aroma tanah yang kental, bukan seaspal jalan kini. dengan kitab -kitab yang sungguh mempesona..ya, aku rindu kesana, meski belum sekalipun tapakku ini mampu terarah kedalam sendi - sendi indah itu.

senja, satu purnama aku dikejutkan dengan kabar gembira, dna kulepaskan syukur dalam sujud panjang, yang kerap kau katakan indah. ya, indah memang, tapi sayang aku tertipu, aku sungguh tak lihai eja isyarat dari pena langit, padahal sayap awal hadirkan ragu menghujam, namun kutepis dan masih kuanggap karunia, pun detik ini, ya, aku menjadi lebih kuat, lebih cermat, dan lebih tegas lemparkan tanggapan, aku tak mau ditendang lagi kejalanan hanya karena ke'diam'an yang terbaca polos dan penurut. para tengkulak itu mengira aku tak bisa keras...kau baca surat inikan senja??terlalu kasarkah bahasaku??maaf, maaf, maaf, sungguh tak sudi berbagi karakter keras ini senja, tapi aku tak ingin ada yang tertindas lagi, terutama aku.

ah senja, ku tunggu kau dipadang ilalang kita, bagi aku rindu yang sama, bagi aku kisah klasikmu, ceritakan aku lagi bagaimana indahnya membedah karya - karya ulama besar....aku rindu itu semua, sungguh rindu..


menanti senja, dipadang ilalang,

banda aceh, 11 februari 2010



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar