Jumat, 12 Februari 2010

kaya hati atau kaya "gila"


nyaris hilang abjad pencatat tragedi yang terekam beberapa jeda


saya terbangun dengan oleh - oleh diskusi mimpi akibat beberapa tragedi dan buku yang terbaca sebagai pengantar jeda lelah. baru sadar ternyata banyak pondasi yang bisa dipinjam dari sosok diluar sana, mereka yang selama ini tertindas namun tetap tegar jalani hidup. dan jika saya hadirkan perbandingan diantara mereka, maka sungguh apa yang saya jalani jauh lebih kecil dibandingkan perjuangan mereka dalam menegakkan pondasi hidup.

diluar sana, pekat telah selimuti trotoar, dan gemintang masih terserak diangkasa raya, malampun tasbihkan berjuta syukur atas rotasi yang masih setia dihadirkan, yang akhirnya undang sang malam penutup siang, pelepas lelah.

baru saja selesai membaca beberapa artike ltambahan menarik, sontak saja kerut - kerut didahi hadir satu persatu, bagaimana sebuah kesederhanaan mampu hadirkan bahagia, mampu tegakkan pondasi, dan juga mampu tepis segala sakit atas nama hadiah dari penghinaan.

orang- orang kecil yang memiliki jasa luar biasa, namun sering tak pernah dianggap ada oleh orang besar ternyata memiliki kekayaan hati yang lebih tinggi diatas mereka yang terlelap dengan kekayaan harta. mereka yang berjuang dengan keikhlasan, meski hanya dengan nominal gaji yang sangat kecil, namun pengelolaan yang cerdas justru mampu hadirkan kekayaan yang sebenarnya. kekayaan hati.

hati yang kaya akan lahirkan kenyamanan tak terkira, sekalipun tidak bisa mengecap makanan mahal yang justru kadangkala menjadi pemicu berbagai masalah kesehatan, misalnya fast food, ataupun tak perlu repot dengan tagihan listrik yang kian membumbung, meski cadangan biaya sudah dimilik sang kondektur(baca: orang kaya).

mereka yang acap kali dikucilkan karena pekerjaan mulia yang tak sepadan dimata masyarakat atas, lebih sering menabur keikhlasan dalam setiap rutinitas, sedangkan sebagian lain (tanpa maksud mengeneralisasi) justru bangga dengan kebijaksanaan penyelundupan angka nominal yang ujung - ujung mendaratkannya keruang berjeruji yang 'indah'. kontras sekali, kekayaan naik dalam range yang cukup menakjubkan dan harga diripun menurun dalam range yang luar biasa.

titik kesinambungan hadir setelah mendengar penuturan seseorang yang menolak pembelian harga dirinya (dalam sebuah pekerjaan)oleh orang berkelas dengan alasan tidak ingin menjadi serendah mereka yang berkelas. nah lho berkelas tapi rendah,? tentu saja, mereka dengan mudah membuka lebar peluang mencoreng nama sendiri dengan mencoba membeli harga diri orang lain yang strata ekonominya jauh berada dibawah mereka. kasus nyata yang baru beberapa hari terbaca dimata, padahal sudah lama mereka gentayangan disekitar saya, tapi ya, tirai kejujuran baru saja terbuka dan semua terbaca dengan lancar.

semakin aneh saja, kekayaan harta jika tak dibarengi dengan kekayaan hati ternyata benar - benar bisa membuat gila, malupun lenyap... kasihan mereka,,,,


banda aceh, 13 februari 2010



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar